Sabtu, 30 November 2019
Pernahkah
Anda melihat sebuah naskah atau manuskrip yang ditulis di atas helaian daun
panjang serupa daun kelapa yang telah dikeringkan ? Manuskrip seperti ini bisa
saja ditemukan di daerah-daerah tertentu, seperti : Bali, Lombok (NTB), Jawa,
dan beberapa daerah lainnya. Bisa juga ditemukan di beberapa Museum,
Perpustakaan (termasuk Perpustakaan Nasinal RI), dan para pemilik naskah
(pribadi). Manuskrip inilah yang disebut manuskrip daun lontar (Palm leaf
manuscript).
Daun
lontar dipilih sebagai media penulisan, terutama oleh nenek moyang kita,sebelum
adanya kertas, adalah karena salah satu sifatnya yaitu cukup kuat untuk jangka
panjang. Namun tidak sekonyong-konyong daun lontar tersebut dapat ditulisi langsung.
Perlu proses panjang untuk menjadikannya siap ditulisi, dengn kondisi yang
maksimal. Dan tahukah Anda, berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan tersebut ?
Boleh percaya atau tidak, namun inilah kenyataannya : untuk mendapatkan helaian
siap tulis, yang disebut blanko lontar, setidaknya dibutuhkan
waktu sekitar satu tahun. Mulai dari pemetikan daun, hingga helaian siap tulis.
Biasanya,
naskah terdiri atas beberapa helai daun yang disatukan dengan tali pada bagian
tengahnya. Sebagai pelindung, biasanya diberi cover dari kayu, bambu, dan
sebagainya, yang disebut sebagai “kropak”. Kropak pun ada yang tampil cantik,
yaitu dengan adanya hiasan ukiran.
Manuskrip
lontar umumnya berisikan informasi tentang
religius atau spiritual, pengobatan, sejarah, astronomi, arsitektur,
ramalan, karya sastra, dan sebagainya. Bahasa dan aksara yang digunakan pun ada
beberapa jenis, antara lain : Pegon, Jawa Kuno, Bali, Sunda Kuno. Jadi, seandainya saja, dituangkan ke dalam
berbagai bentuk tulisan, maka kandungan isi manuskrip lontar tersebut bisa
menghasilkan sangat banyak tulisan yang bermanfaat. Jadi, masih adakah yang
meragukan kekayaan khasanah Nusantara ??
Sayangnya,
kekayaan tersebut kurang tergali. Tak cukup banyak yang tertarik untuk
memahaminya. Aksara dan bahasa yang “aneh”, belum lagi tampilan yang mungkin
terkesan kurang “milenial”, barangkali menjadi salah satu penyebab
“tersimpannya” naskah-naskah lontar tersebut, tanpa tersentuh. Dan bukan tidak
mungkin, baru disadari keberadaanya, saat manuskrip lontar tersebut justru
sudah hancur.
Barangkali
terlalu “parno” jika berasumsi seperti itu. Namun, bisa jadi, itulah
kenyataannya. Naskah lontar terabaikan sekian lama, tanpa tersentuh. Bagaimana
akan menyelamatkan kandungan isi (konten)nya, jika kondisi fisiknya tidak bisa
terjaga ? Sementara di luar sana, banyak pihak yang bisa mengincar keberadaan
naskah-naskah lontar yang berharga tersebut, dan siap untuk mengambil alihnya.
Tapi, relakah kita ?
Mungkin,
ada baiknya, jika belum bisa memanfaatkannya, atau menyumbangkan naskah yang
ada kepada lembaga yang berkompeten (seperti Perpustakaan Nasional RI) kita
bisa menjaga kondisi fisik naskah lontar tersebut dari kerusakan atau
kehancuran.
Ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada naskah atau manuskrip
lontar tersebut. Misalnya saja :
- Kondisi
penyimpanan, hendaknya hindari kondisi yang lembab atau terlalu kering.
Suhu ruang yang stabil bisa membantu menjaga kondisi naskah lontar
tersebut. Sesekali, angin-anginkan dalam kondisi terbuka.
- Kotoran
maupun pollutan. Karenanya, usahakan untuk senantiasa membersihkan naskah
lontar secara berkala. Bisa menggunakan kain lap yang lembut, mau pun
vacuum cleaner (menghisap debu sekitarnya).
- Adanya
biota (serangga, jamur, hewan pengerat). Senantiasa lakukan pemeriksaan
secara rutin terhadap kondisi naskah. Diangin-anginkan sesekali, untuk
menghindari tumbuhnya jamur.
- Faktor
Manusia. Keteledoran dan ketidakdisiplinan dalam memperlakukan naskah
lontar, dapat menjadi penyebab, pemicu, dalam kerusakan lontar tersebut.
Biasakan menyentuh naskah dengan tngan yang bersih, dengan penuh
kehati-hatian.
- Sinar
ultraviolet. Hindari paparan sinar matahari langsung kepada naskah lontar
tersebut. Paparan langsung, apalagi yang terus menerus, dapat mmicu
kerapuhan bagi naskah lontar.
Dan
berikut beberapa tips dalam perawatan manuskrip lontar :
- Bersihkan
naskah lontar dan tempat
penyimpanannya secara berkala.
- Usahakan
menyimpan naskah lontar dalam media berbahan bebas asam. Atau, bungkuslah
naskah lontar dengan menggunakan kain katun putih. Lalu ikat dengan
menggunakan tali yang berbahan katun juga.
- Letakkan
beberapa butir kapur barus atau 1-2 bungkus sachet silica gel (untuk ruang
tertutup, seperti box, dan sebagainya) pada lokasi penyimpanan naskah.
- Hindari
menyimpan naskah di tempat yang lembab, atau terlalu kering. Akan lebih
baik, jika menyimpannya di tempat bersuhu ruang dengan sirkulasi udara
yang lancar.
- Hindari
pula paparan sinar matahari langsung, apalagi secara terus menerus. Karena
sinar UV dari sinar matahari ini dapat merusak naskah lontar tersebut.
- Biasakan
menyentuh naskah lontar dengan tangan yang bersih, dan dengan sikap yang
hati-hati. Hindari makan dan minum di dekat naskah.
Sedikit hal yang kita lakukan, semoga saja bisa menjadi sumbangsih kita dalam menjaga kekayaan Nusantara.
==========================